Deras. Besar. Keras.
Langit menangis dengan marahnya.
Seperti ada kekacauan dalam hatinya.
Langit melapisi wajahnya dengan topeng hitam berkabung bernama mendung.
Gelap...tak ada satu sisi pun ku lihat memancarkan terang.
Langit, semarah itukah kau dengan bumi? Atau penghuni bumi?
Langit, tahukah kau yang saat ini aku rasakan?
Aku sedih.
Aku pun ingin menangis sesukamu, mengeluarkan kegundahan hati sepertimu.
Tapi aku malu, langit.
Langit, aku sedang sakit. Aku sedih kalau harus menyusahkan orang tuaku.
Tapi, aku tidak bisa marah sama Tuhan, layaknya kamu marah sama bumi.
Tuhan itu sungguh baik padaku, walaupun aku sudah sering kali mengecewakanNya, Dia tidak pernah mengecewakanku. Aku pun merasa segan untuk marah sama Dia lalu membentakNya dengan kata-kata kasar. Pasti Tuhan makin sedih kan, langit?
Langit, aku harap kau dengan segala kemuraman, kegundahan, kesedihan dan tangisanmu cepat berlalu.
Sudah dulu ya langit....
Jakarta, 13 desember 2011
(celotehanku pada langit di sore hari)
Gabriella Frisca
No comments:
Post a Comment